• Jasa Konsultasi & Pembuatan Skripsi, Tesis, Jurnal

    Kami hadir tidak hanya memberikan janji, tetapi kepastian bahwa anda pasti segera diwisuda.

  • Jasa Konsultasi & Pembuatan Skripsi, Tesis, Jurnal

    Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku.

  • Jasa Konsultasi & Pembuatan Skripsi, Tesis, Jurnal

    Tesis adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan Program Magister (S2). Tesis merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu bidang keilmuan.

  • Jasa Konsultasi & Pembuatan Skripsi, Tesis, Jurnal

    Disertasi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan Program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin Ilmu.

  • Jasa Konsultasi & Pembuatan Skripsi, Tesis, Jurnal

    Berbekal pengalaman yang cukup panjang di penelitian management, pendidikan dan komunikasi, kami yakin mampu menyelesaikan persoalan penelitian yang Anda hadapi.

  • Jasa Konsultasi & Pembuatan Skripsi, Tesis, Jurnal

    Untuk itulah kami hadir untuk membantu anda, baik dari awal ataupun melanjutkan yang sudah sebagian disusun, semangat kami memberikan pelayanan yang maksimal terhadap customer mengharuskan kami untuk selalu mengedepankan kualitas dan orisinalitas dalam pelayanan kami.

Sunday, June 18, 2017

Posted by Jasa Skripsi, Tesis & Disertasi
No comments | 4:53 AM


JUDUL-JUDUL TESIS MANAJEMEN STRATEGIK
By:  kerangkapustaka.blogspot.co.id
(Jasa Skripsi/Tesis/Disertasi: aruybiznet@gmail.com)

1) ANALISIS PENGARUH KUALITAS HUBUNGAN, FLEKSIBILITAS, HARAPAN KELANGSUNGAN HUBUNGAN DAN PENYEBARAN INFORMASI TERHADAP INTEGRASI STRATEGIK BAGI PENINGKATAN KINERJA PEMASARAN
2) PENGARUH USAHA KOORDINASI DAN INTEGRASI STRATEJIK TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN UNTUK KEUNGGULAN BERSAING BERKELANJUTAN DENGAN VARIABEL PERUBAHAN LINGKUNGAN DAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI MODERATING
3)  ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESUKSESAN ALIANSI STRATEJIK ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) ANTAR PERBANKAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN
4) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI INTEGRASI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT. X)
5) STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN MELALUI PERILAKU PELAYANAN KARYAWAN (STUDI PADA PT. X SELURUH KANTOR CABANG KOORDINATOR PATI)
6) STRATEGI MEMBANGUN LOYALITAS PELANGGAN UNTUK MENCAPAI KEUNGGULAN BERSAING YANG BERKELANJUTAN
7)       ANALISIS STRATEGI DIFERENSIASI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA AGEN
8) STRATEGI BISNIS LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN
9)    ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP KESUKSESAN ALIANSI STRATEGIK UNTUK MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN
10)   MEMBANGUN STRATEGI FOKUS DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA PENYELIA KOPERASI X
11)   ANALISIS PERSAINGAN BISNIS KARTU KREDIT DI INDONESIA
12)   ANALISIS INDUSTRI DAN PERSAINGAN PERBANKAN DI INDONESIA
13)   ANALISIS FORMULASI STRATEGI BANK X DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI MASA DATANG
14)   ANALISIS STRATEGI BERSAING INDUSTRI ROKOK PADA PT.XYZ
15)   ANALISIS STRATEGI BERSAING PADA PT. XYZ
16) ANALISIS STRATEGI PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN EKSPOR PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN TEH
17) ANALISIS STRATEGI PERBANKAN DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INTERNET BANKING PADA BANK BNI
18)  ANALISIS TEKNIK DAN STRATEGI SRTUKTURAL PT. XYZ DALAM INDUSTRI PENYEDIA KOMPONEN OTOMOTIF UNTUK MENGANTISIPASI PERSAINGAN INDUSTRI GLOBAL
19)   DAMPAK PELAKSANAAN SISTEM PENGGAJIAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN DIVISI PEMASARAN PT. X
20)   EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PADA UNIT-UNIT PEMASARAN PT. XYZ

Tuesday, April 18, 2017

Posted by Jasa Skripsi, Tesis & Disertasi
No comments | 3:27 AM
ANALISIS CHANGE MANAGEMENT DI SEKTOR PERBANKAN
(Studi Kasus di Bank Jabar Banten)
Oleh: N. A. Ruyani



 I.             Pendahuluan
Perubahan merupakan hal yang wajar dalam sebuah organisasi mengingat semakin majunya teknologi maupun perilaku sumber daya manusia. Perubahan dalam sebuah organisasi dapat berupa perubahan sumber daya manusia, struktur, atau teknologi dalam sebuah perusahaan. Perubahan merupakan hal yang pasti terjadi baik itu disetujui maupun tidak oleh sebuah perusahaan. Selain itu dia juga merupakan suatu hal yang tidak bisa diprediksikan secara jelas maupun teratur, oleh karena itu dengan adanya perubahan bisa menciptkan dua kondisi yaitu sebuah tantangan maupun kesempatan bagi organisasi. Di antara faktor internal maupun eksternal yang mampu mencetuskan sebuah perubahan adalah teknologi, tenaga kerja, peraturan pemerintah, perubahan perekonomian, maupun dari segi internal yaitu perubahan strategi perusahaan, pergeseran jabatan, peralatan baru, maupun perilaku karyawan. Penggambaran Lewin mengenai pendekatan dalam manajemen perubahan organisasi ada tiga hal yaitu Unfreezing (status quo), Changing, dan Refreezing. Di atas disebutkan bahwa perubahan dapat melahirkan sebuah ancaman maupun kesempatan/keuntungan bagi organisasi.
Di antara ancaman bagi perusahaan dengan adanya perubahan adalah semakin berkurangnya kinerja perusahaan atau banyaknya pengangguran karena perusahaan tidak mampu menghadapi perubahan. Sedangkan kesempatan organisasi adalah dia akan mampu berinovasi yang lebih dari pada waktu biasa serta akan bisa meningkatkan kreativitas dalam organisasi sehingga dari hal ini semua akan berpengaruh besar terhadap perilaku sumber daya manusia yang ada. Perilaku ini dapat didefinisikan dengan gerak manajer ataupun karyawan dalam sebuah organisasinya. Jika perilaku sumber daya manusianya sangat lemah niscaya sebuah perusahaan tidak akan bisa mencapai tujuan yang direncanakan sebelumnya mengingat tujuan pertama perilaku organisasi adalah memperlancar upaya pencapaian tujuan. Oleh karena itu, dengan adanya perubahan yang tidak dapat diprediksikan maka sebuah perusahaan harus mampu mengatur semua komponen yang ada dalam perusahaan mulai dari perilaku, struktur, strategi, maupun hal-hal yang lain dalam proses pencapaian tujuan perusahaan. Jadi, perusahaan harus siap untuk menerima sebuah perubahan yang pasti terjadi dengan berbagai usaha sehingga pada waktu perubahan itu muncul tidak membuat sebuah perusahaan terkejut dalam menerimanya. Dengan ini semua maka pencapaian tujuan sebuah perusahaan akan lancar dan sesuai dengan perencanaan awal.
Bank Jabar Banten (BJB) merupakan bank pembangunan daerah yang dinilai banyak pihak sebagai BPD yang berkinerja bagus. Kinerja Bank Jabar Banten (BJB) terus mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal tersebut terlihat dari perolehan laba bersih pada Triwulan I 2013 yang mencapai Rp 372 miliar. "Laba bersih BJB pada triwulan I 2013 ini mengalami peningkatan yang signifikan, kenaikannya 37,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perolehan laba bersih Triwulan I 2013 sendiri Rp 372 miliar," jelas Direktur Utama BJB, Bien Subiantoro kepada wartawan, usai Analyst Meeting 1Q-2013, Jumat (19/4) (www.klik-galamedia.com). Pertumbuhan kinerja juga terlihat dari peningkatan total aset serta perolehan dana pihak ketiga. Pada Triwulan I 2013 total aset mencapai Rp 68,4 triliun atau naik 7,4%. Begitu juga dengan dana pihak ketiga yang mencapai Rp 48,6 triliun. Bahkan dari sisi kredit pertumbuhannya sebesar 36% atau Rp 37,8 triliun. "Pertumbuhan tersebut mencerminkan meningkatknya aktivitas bisnis BJB yang mendorong naiknya tingkat profitabilitas," jelasnya.
Pertumbuhan kinerja tersebut didorong berbagai sektor, seperti penyaluran kredit mikro serta kredit perumahan rakyat. Guna mendukung pertumbuhan kinerja, selama ini BJB terus melakukan ekspansi di bidang dana maupun kredit. Di bidang kredit konsumer, produk KPR BJB terus menunjukkan kemajuan signifikan. Ini terlihat dari pertumbuhan kredit KPR yang mencapai Rp 2,287 triliun atau tumbuh 244,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Maka dari itu, adalah menarik untuk menganalisis kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Bank Jabar Banten dalam kacamata analisis teori Change Management dari John P. Kotter.

II.             Kajian Tentang Manajemen Perubahan (Change Management)
Cabang ilmu yang dipakai sebagai landasan teori dalam penelitian ini adalah ilmu Manajemen Perubahan (Change Management), yang didefinisikan sebagai:
”Suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana, dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses tersebut” (Potts dan LaMarsh, 2004, p. 16).

“Proses berkelanjutan dalam mensinkronisasi empat faktor kunci manajemen – strategi, operasi bisnis, budaya, dan penghargaan – dengan pasarnya dimana proses itu dilakukan secara lebih responsif dan efektif dibandingkan pesaingpesaingnya” (Berger, 1994).

 2.1        Tipe Perubahan
Selama siklus hidupnya, organisasi harus mengimplementasi banyak perubahan. Organisasi perlu memiliki kompetensi untuk mengelola perubahan
jika ingin terus bertahan dalam persaingan.Telah banyak studi dan literatur tentang perubahan organisasi dari berbagai pendekatan, baik incremental maupun berkelanjutan, ataupun yang dapat diimplementasikan secara top down ataupun yang merupakan proses emergent (Burnes, 2004).
Pada umumnya literatur manajemen perubahan menyarankan dua kategori mengenai tipe perubahan organisasi yaitu first-order, yang juga dikenal sebagai incremental ataupun berkelanjutan, dan second-order, yang juga dikenal sebagai transformasional, revolusioner, atau tidak berkesinambungan (Palmer, Dunford dan Akin, 2006, p. 78). Dalam mendukung kehandalan internal dalam organisasi, perubahan first-order mensyaratkan organisasi untuk menyesuaikan sistem, proses ataupun strukturnya. Namun perubahan esensial dalam nilai utama, strategi atau identitas organisasi tidak terjadi dalam perubahan first-order (Newman, 2000, p. 604). Organisasi memelihara dan mengembangkan dirinya sendiri dalam menjalankan perubahan first-order yang direncanakan untuk membantu kesinambungan dan tingkatan organisasi (Bate; 1994, p. 33). Kebalikan dari firstorder, perubahan second-order bertujuan membentuk perubahan transformasional dan radikal yang pada dasarnya merubah inti dari organisasi (Newman, 2000, p. 604). Alih-alih mengembangkan, organisasi menggunakan perubahan secondorder untuk mentransformasi nilai dasarnya (Bate, 1994, p. 33).
Nadler dan Tushman (1995; 20) menyarankan membedakan perubahan incremental dan tidak berkesinambungan menjadi empat kategori dengan cara menggabungkan dimesi ketiga yaitu apakah perubahan bersifat antisipasif atau reaktif terhadap perubahan pada lingkungan eksternal. Empat kategori mereka yaitu pengaturan, reorientasi, adaptasi, dan penciptaan ulang. Dalam kategori pengaturan, organisasi mengimplementasikan perubahan incremental sebagai tindakan antisipasi dari perubahan lingkunan eksternal. Perubahan-perubahan ini membantu organisasi menyesuaikan terhadap lingkungan. Di sisi lain, pada kategori adaptasi, organisasi bersikap reaktif terhadap perubahan yang diterapkan organisasi lain walaupun perubahan tersebut masih incremental. Kategori reorientasi mensyaratkan organisasi untuk menggunakan perubahan tidak berkesinambungan dan bersifat antisipasif (Nedler dan Tushman, 1995, 25-27). Organisasi membuat modifikasi besar dengan membangun kekuatan sejarah dan masa lalu. Kebalikan dari reorientasi, penciptaan ulang bersifat reaktif dan membutuhkan perubahan yang cepat dan simultan walaupun termasuk perubahan order-change. Organisasi yang menerapkan perubahan radikal megabaikan praktik dan arahan masa lampau (Nedler dan Tushman, 1995, p. 28).
Ditambahkan pula menurut Daft (2004), perubahan incremental adalah perubahan yang sercara kontinu dilakukan suatu organisasi untuk memelihara keseimbangan umum organisasi. Biasanya perubahan seperti ini dilakukan terbatas pada salah satu bagian organisasi dan dampaknya relatif hanya dirasakan oleh bagian itu sendiri. Sedangkan perubahan radikal cenderung mengubah referensi, arah, dan kebijakan organisasi.Biasanya perubahan ini mentransformasi seluruh bagian institusi.
 2.2        Transformasi Organisasi
Proses memperkenalkan perubahan kepada organisasi tidak berbeda dengan menata perabotan di perkantoran (Kotter, 1996, p. 139) dimana diperlukan banyak orang untuk membantunya. Awalnya tidak terdapat pemahaman yang lengkap terhadap perubahan tersebut kemudian dengan mengerahkan waktu dan energi yang besar maka pada akhirnya rangkaian pekerjaan tersebut dapat terlaksana.
Peningkatan kinerja yang pertama mungkin akan muncul jauh sebelum setengah perjalanan. Meskipun nantinya beberapa orang akan berkeinginan untuk berhenti, pada transformasi yang berhasil, koalisi pemandu menggunakan kredibilitas yang timbul oleh keberhasilan jangka pendek untuk mendorong ke depan lebih cepat, menaklukkan rangkaian pekerjaan yang lebih banyak atau lebih besar. Restrukturisasi yang sebelumnya dihindari karena adanya penolakan pada akhirnya dapat dikalahkan.
 2.3        Kajian Change Management
Change Management adalah serangkaian proses yang digunakan untuk memastikan bahwa perubahan strategis yang signifikan dalam organisasi dilakukan secara terkontrol dan sistematis, untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan dalam rangka meningkatkan keterlibatan dan pencapaian tujuan organisasi untuk transformasi efektif. Pencapaian perubahan yang berkelanjutan dimulai dengan pemahaman yang jelas tentang keadaan organisasi saat ini, diikuti dengan pelaksanaan strategi yang tepat dan ditargetkan.
Fokus dari Change Management adalah pada hasil perubahan yang akan dihasilkan, pengaturan baru harus bisa dipahami. Perubahan proses biasanya berlaku untuk tugas dan/ atau perubahan struktur, dan dapat pula berupa: Tambahan atau Transformasional dan Situasional. Strategi Change Management yang komprehensif harus mengarah ke tujuan yang diinginkan dan menciptakan rasa kepemilikan, sehingga memungkinkan perbaikan berkelanjutan, terukur dan membangun kemampuan untuk menghadapi perubahan di masa depan.
 2.4        Model Manajemen Perubahan Delapan Langkah Kotter
Palmer, Dunford, dan Akin (2006, p. 207) menyatakan bahwa model delapan langkah John Kotter adalah salah satu dari model manajemen perubahan yang paling terkenal. Setelah model ini dipublikasikan dalam Harvard Business Review pada tahun 1995, artikel ini menjadi artikel yang paling banyak diminati untuk dicetak pada tahun tersebut. Pertama, John Kotter menjabarkan artikelnya menjadi buku berjudul Leading Change pada tahun 1996, lalu buku edisi kedua yang berjudul The Heart of Change diterbitkan pada tahun 2002. Berbekal pengalaman mempelajari lebih dari 100 perusahaan besar maupun kecil, di dalam maupun Amerika Serikat, Kotter (1995, p. 59) mengindikasikan bahwa membuat perubahan esensial telah menjadi tujuan mendasar pada organisasi-organisasi.
Kotter (1996: 15) menyarankan kepada perusahaan yang ingin berubah:
“Pelajaran yang paling umum yang bisa dipelajari dari kasus-kasus lebih sukses adalah bahwa proses perubahan berjalan melalui serangkaian fase yang, secara total, biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama. Melewatkan  langkah hanya menciptakan ilusi kecepatan saja dan tidak pernah menghasilkan hasil yang memuaskan. Pelajaran yang sangat umum kedua adalah bahwa kesalahan kritis dalam setiap fase dapat memiliki dampak yang menghancurkan, memperlambat momentum dan meniadakan keuntungan yang susah payah. Mungkin karena kita memiliki pengalaman relatif sedikit dalam memperbarui organisasi, bahkan sangat sering orang yang mampu membuat setidaknya satu kesalahan besar.”

Kotter (1996) dalam bukunya yang berjudul “Leading Change” memaparkan delapan langkah manajemen perubahan.
Gambar 1.1 Delapan Langkah Perubahan Kotter (Kotter, 1996)

Kotter mengungkapkan delapan langkah dalam memimpin perubahan:
1.    Membangun urgensi/situasi perlunya perubahan
Untuk perubahan terjadi ada baiknya jika seluruh perusahaan yang benar-benar menginginkannya. Mengembangkan rasa urgensi terhadap kebutuhan perubahan.Ini dapat memicu motivasi awal untuk mendapatkan sesuatu bergerak.
2.    Membangun koalisi atau kelompok kerja yang kuat
Meyakinkan orang bahwa perubahan diperlukan. Hal ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan dukungan dari orang-orang penting dalam organisasi.Tidak hanya cukup mengelola perubahan, tetapi harus ada yang memimpin.
3.    Membangun visi dan strategi untuk perubahan
Ketika pertama kali memikirkan perubahan, terdapat banyak ide-ide besar dan solusi mengambang. Perlunya dihubungkan konsep-konsep ini menjadi visi keseluruhan yang dapat dipahami dan diingat oleh orang.
4.    Mengomunikasikan visi perubahan ke semua pihak di dalam perusahaan atau organisasi
Agar pesan dari visi dapat sampai ke semua pihak di dalam perusahaan, perlu adanya komunikasi yang sehari-hari dalam perusahaan. Diperlukan komunikasi yang sering dan kuat, dan menanamkan hal itu dalam kehidupan sehari-hari.
5.    Melakukan perubahan melalui perberdayaan
Pada langkah ini, visi dan komitmen sudah dibicarakan.Caranya dengan menempatkan struktur untuk berubah dan terus-menerus memeriksa hambatan. Menghapus hambatan dapat memberdayakan orang-orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan visi dan bergerak maju bersama-sama.
6.    Menciptakan kemenangan atau hasil baik jangka pendek
Motivasi yang baik adalah kesuksesan. Dengan menciptakan kemenangan bagi perusahaan, maka semua pihak didalam perusahaan dapat melihatnya sendiri. Meskipun ada target jangka panjang, namun target jangka pendek juga harus ada dan diupayakan agar target tersebut dapat tercapai.
7.    Melakukan konsolidasi dan melanjutkan perubahan yang diperlukan
Banyak proyek perubahan gagal karena kemenangan dinyatakan terlalu dini.Perubahan yang sebenarnya berada lebih dalam. Untuk itu perlu upaya untuk mencapai perubahan jangka panjang, seperti meluncurkan produk baru atau menggunakan sistem baru yang besar.
8.    Menanamkan pendekatan-pendekatan baru tersebut dalam budaya kerja.
Untuk membuat perubahan tetap, diperlukan rasa tersebut menjadi inti dari organisasi. Budaya perusahaan sering menentukan apa yang akan dilakukan, sehingga nilai dibalik visi harus tetap ditunjukkan dalam aktivitas bekerja sehari-hari. Diperlukan upaya terus menerus untuk memastikan bahwa perubahan itu terlihat pada setiap aspek didalam organisasi. Ini akan membantu memberikan perubahan menjadi solid didalam budaya perusahaan.

III.             Profil Bank Jabar Banten
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, yang dikenal dengan nama Bank Jabar Banten, adalah bank umum milik bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten beserta pemerintah kota/kabupaten se-Jawa Barat dan Banten. Cikal-bakal Bank Jabar Banten bermula dari NV DENIS (De Erste Nederlansche Indische Shareholding), yang berkedudukan di Bandung dan bergerak di bidang hipotek serta merupakan salah satu perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia (RI) Nomor 33 Tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan di Indonesia Milik Belanda yang dinasionalisasi.
Sebagai tindak lanjut dari peraturan tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendirikan PT Bank Karya Pembangunan bermodal dasar dari kas daerah sebesar Rp 2.500.000, dengan Akta Notaris Noezar Nomor 152 Tanggal 21 Maret 1961 dan Nomor 184 Tanggal 13 Mei 1961 serta dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 7/GKDH/BPD/61 tertanggal 20 Mei 1961. Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jabar, dikeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat Nomor 11/PDDPRD/ 72 Tanggal 27 Juni 1972 tentang Kedudukan Hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai perusahaan daerah (PD) yang bergerak dalam bidang perbankan. Pada perkembangan selanjutnya, nama PD Bank Karya Pembangunan Daerah Jabar diubah menjadi BPD Jabar melalui Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 1/DP-040/PD/1978 Tanggal 27 Juni 1978. Seiring dengan meningkatnya aktivitas dan kebutuhan nasabah, maka pada tahun 1992 status BPD Jabar ditingkatkan menjadi bank umum devisa berdasarkan SK Direksi Bank Indonesia (BI) Nomor 25/84/KEP/DIR Tanggal 2 November 1992. Selanjutnya, berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995, bank ini mempunyai sebutan Bank Jabar dengan logo baru.
Mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI pada tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari PD menjadi perseroan terbatas (PT).Untuk memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan perbankan yang berlandaskan syariah, sesuai dengan izin BI Nomor 2/18/ DpG/DPIP Tanggal 12 April 2000, sejak tanggal 15 April 2000, Bank Jabar menjadi BPD pertama di Indonesia yang menjalankan dual banking system, yaitu memberikan layanan perbankan dengan system konvensional dan system syariah. Hasil rapat umum pemegang saham (RUPS) tanggal 16 April 2001 menyetujui peningkatan modal dasar Bank Jabar menjadi Rp 1 triliun agar dapat lebih leluasa melaksanakan ekspansi usaha. Selanjutnya, berdasarkan hasil keputusan RUPS yang diselenggarakan pada tanggal 14 April 2004 dengan Akta Nomor 10 Tanggal 14 April 2004, modal dasar Bank Jabar dinaikkan dari Rp 1 triliun menjadi Rp 2 triliun.
Melihat perkembangan prospek usaha yang terus membaik, hasil RUPS tanggal 5 April 2006 menetapkan kenaikan modal dasar Bank Jabar dari Rp 2 triliun menjadi Rp 4 triliun. Pada bulan November 2007, menyusul dikeluarkannya SK Gubernur BI Nomor 9/63/kep.gbi/2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, dilaksanakan penggantian nama sebutan Bank Jabar menjadi Bank Jabar Banten.
Bank bjb mengalami manis pahitnya jalan menuju kesuksesan, dimulai dari pendirian pada tahun 1961 dengan nama PT. Bank Kerja Pembangunan Daerah Djawa Barat, berlanjut dengan pengembangannya sampai berubah menjadi PD Bank Pembangunan Daerah Djawa Barat, sampai spin off unit usaha syariah. dalam bertransformasi dari masa ke masa bank bjb dapat di gambarkan sebagai berikut :
Sumber : Annual Report bank bjb :2012

IV.             Manajemen Perubahan (Change Management) yang terjadi di Bank Jabar Banten
1.    Membangun urgensi/situasi perlunya perubahan
Pada tahun 2000, Jajaran direksi Bank Jabar Banten memutuskan untuk memperluas jaringan usahanya untuk masuk menjadi Bank Nasional dari Bank Daerah.
Hal ini dilandasi oleh faktor pertumbuhan Bank Nasional lain cukup pesat. Hal ini menjadi ancaman yang serius terhadap keberadaan Bank Jabar Banten.
2.    Membangun koalisi atau kelompok kerja yang kuat
Bank BJB membentuk Divisi Baru yang bernama: Change Management Office.Hal ini untuk memfokuskan dimulainya proses perubahan Bank Jabar Banten. Tim CMO report langsung ke President Director dengan misi utama menyusun dan melaksanakan Program Perubahan dengan efektif dan efisien.selain itu BJB juga melakukan program Pro Hire (Merekrut Talent dari bank pesaing untuk menduduki jabatan-jabatan strategis termasuk Direktur Utama).
3.    Membangun visi dan strategi untuk perubahan
Dalam upayanya membangun visi dan strategi untuk perubahan, BJB telah melaksanakan hal-hal
·         Menetapkan VISI baru: Masuk kualifikasi 10 Bank Terbaik diantara Bank Nasional yang ada.
·         Menetapkan budaya kerja baru bernama: GO SPIRIT.
·         Mengembangkan Kantor Cabang ke seluruh propinsi di Indonesia. Saat ini sudah dibuka cabang BJB di berbagai propinsi, diantaranya:
o   Papua
o   Sumatera Utara
·         Mengangkat Change Agent di setiap kelompok kerja sampai di kelompok kerja yang terkecil.
·         Saat ini sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Program MRI (Market Research Indonesia) untuk melakukan penilaian terhadap Tingkat Kualitas Layanan Bank BJB dengan instrument yang telah dimiliki oleh pihak MRI dan diberlakukan dengan seragam di seluruh bank nasional.
Cakupan kualifikasi yang akan dicapai adalah:
·    Target Tingkat Kualitas Layanan kepada Nasabah (Berdasar Standar MRI = Market Research Indonesia)
·    Target Jumlah Nasabah
·    Terget Segmen Pasar.
·    Target Laba.
·    Target Risk
·    Target GCG
4.    Mengomunikasikan visi perubahan ke semua pihak di dalam perusahaan atau organisasi
Usaha-usaha yang sudah berjalan untuk mengkomunikasikan perubahan adalah memberikan serangkaian pelatihan yang menyangkut Program Perubahan kepada semua level organisasi:
·         Kepada Jajaran Change Agent di setiap Outlet.
·         Kepada semua Kepala Unit.
·         Kepada semua Frontline.
5.    Melakukan perubahan melalui perberdayaan
BJB dalam langkah ini telah berupaya menghapus sebanyak mungkin hambatan sehingga dapat mewujudkan visi “Masuk kualifikasi 10 Bank Terbaik diantara Bank Nasional yang ada” menjadi kenyataan; Terus-menerus mengaktifkan para karyawan untuk bertindak atas visi tersebut dengan menyingkirkan hambatan, dan mendorong untuk siap mengambil risiko; Mengubah sistem atau struktur yang melemahkan visi perubahan.
6.    Menciptakan kemenangan atau hasil baik jangka pendek
BJB selalu mengadakan evaluasi terhadap kinerja karyawannya sekaligus memberi reward dengan materi ataupun promosi jabatan dalam rangka menciptakan dan merayakan kemenangan (keberhasilan) yang dicapai oleh karyawan tersebut.
7.    Melakukan konsolidasi dan melanjutkan perubahan yang diperlukan
BJB semenjak tahun 2001 sudah menrapkan sistem seleksi karyawan berbasis merit system. Hal ini dilakukan dalam rangka mempertahankan semangat perubahan perusahaan, karena hanya karyawan yang berkapabiloitas tinggi saja yang mampu cepat beradaptasi dengan perubahan perusahaan.
8.    Menanamkan pendekatan-pendekatan baru tersebut dalam budaya kerja
BJB berpegang pada cara-cara berperilaku baru, dalam rangka menciptakan kinerja yang lebih baik melalui perilaku pelanggan dan berorientasi produktivitas, kepemimpinan yang lebih baik lagi dan manajemen yang lebih efektif; serta mengartikulasikan hubungan antara perilaku baru dan keberhasilan organisasi.



V.             Daftar Pustaka

Anderson, D., & Anderson, L.A. (2010). Beyond Change Management. San Francisco: Pfeiffer.
Bank Jabar Banten (BJB) (2012). Annual Report. Dokumen Perusahaan.
Black, J.S. & Gregersen, H.B. (2002). Leading Strategic Change Breakingb Through the Brain Barnier. New York: Prentice Hall.
Clarke, L. (1998). Manajemen Perubahan(Terjemahan). Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Davis Jim, Miller Gloria J., Russell Allan, (2006), Information Revolution-Using Information Evolution Model to Grow Your Business, John Wiley and Sons Inc.
Nasution, M.N. (2010). Manajemen Perubahan. Bogor: Ghalia Indonesia.
P. Kotter. John. (1996), Leading Change : An Action Plan From The World’s Foremost Expert On Businees Leadership. Library of cogress Cataloging in Publication Data.
The University of Adelaiden, Performance Excellence: Guide Reward and Recognition, SA 5005 Australia.
The University of Adelaiden, Leading Change, Transition and Transformation : A Guide for University Staff, SA 5005 Australia.


Yahoo massenger

Hubungi Kami

Hubungi kami:
A. Yani, M.Pd
HP : 0813-2020-1984 (WA)
Pin BlackBerry : 7E53D32B
email: indopustaka99@gmail.com